Seringkali dunia dibuat takjub oleh kesuksesan para tokoh- tokoh besar karena kecerdasan, kekuasaan, ataupun pengaruh mereka. Selain itu mereka juga dipuja karena kontribusi dan kisah inspiratif yang begitu melegenda. Sebut saja Imam syafi’i. Siapa yang dapat meragukan kemampuan beliau dalam penguasaan ilmu. Diusia sembilan tahun saja, prestasi spektakuler sudah ditorehkannya. Pada usia belia tersebut, beliau sudah mampu menghafal seluruh isi Alquran…. baca selengkapnya di http://www.voa-islam.com/muslimah/article/2013/01/04/22618/kasih-sayang-itu-bernama-ibu/
Ganyang Amerika! Save Indonesia!
Kalau tulisan saya ini sedikit berpihak kepada partai dengan berlambang padi dan dua bulan sabit, ya saya minta maaf! Saya memang simpatisan PKS, tapi saya belum berani mengatakan kalau saya ini orang PKS. Kenapa? Ya karena saya masih belum bisa menjadi kader yang baik buat PKS dan takut membuat malu PKS karena kelakuan saya.
Pada waktu munculnya kasus LHI, khususnya Presiden PKS Anis Matta dan pada umumnya kader-kader PKS juga para simpatisannya mengatakan bahwa kasus LHI adalah sebuah konspirasi untuk mengancurkan partai yang mempunyai jargon Bersih, Peduli dan Professional ini, mungkin termasuk juga saya sependapat dengan mereka. Karena saya tahu kerja para kader PKS di daerah saya, saya bisa memberi jempol empat. Tapi itupun tidak mengurangi rasa hormat dan dukungan saya kepada KPK sebagai lembaga yang menangani kasus korupsi. Saya tetap mendukung KPK untuk memberantas kejahatan korupsi yang telah menggerogoti negeri ini entah itu orang dari PKS atau partai lain sebab kejahatan korupsi sangat menyengsarakan rakyat.
Pernah saya baca bahwa konspirasi ini bermula dari Menteri Pertanian dan anggotaKomisi IV PKS yang berniat mengurangi kuota impor sapi dari Amerika Serikat.Pengurangan impor sapi dari Amerika Serikat ini lantaran diduga bercampur dengandaging babi. Disamping itu faktor lain dari pengurangan impor sapi dari Amerika itu menurut saya adalah sebuah tuntutan dari pemberlakuan sistem kuota impor yang dicanangkan oleh Menteri Pertanian Suswono untuk mengimplementasikan Program Swasembada Daging Sapi tahun 2014 yang bertujuan untuk mewujudkan ketahanan pangan hewani asal ternak yang berbasis sumber daya domestik. Dan akhirnya upaya pengurangan impor daging sapi dari Amerika berhasil, ini membuat Amerika marah dan mendesak untuk memperingatkan PKS. Bisa dimaklumi bagaimana Amerika tidak marah di tahun 2013 ini pemerintah berencana memotong impor lebih dari 30% bagi sapi hidup dan 6% bagi daging sapi dan ini pula yang menyebabkan Amerika melaporkan Indonesia ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) bahwa Indonesia telah membatasi perdagangan hewani dan hayati.
Tapi tidak saya pungkiri, yang jelas harga daging sapi di Indonesia jadi melambung tinggi dan memang benar harga daging sapi negeri kita menjadi yang termahal di dunia. Saya akui juga karena daging impor itu pula banyak orang-orang yang diuntungkan dan juga penyediaan daging untuk konsumen dapat terpenuhi dengan cepat, misalkan saja seperti itu. Tapi dari pandangan saya yang lain, daging impor juga membuat harga daging sulit untuk dikontrol dan tidak mungkin juga diturunkan karena biaya yang lain menjadi tinggi, dan pada akhirnya harga dibebankan kepada pembeli selaku sebagai konsumen. Bisa saya katakan bangsa kita hanya menjadi bangsa konsumtif.
Dan saya melihat tujuan pemerintah dengan sistem kuota impor itu tampaknya ada sedikit harapan bangsa ini bisa mandiri dan berdaulat dibidang pangan, walaupun hanya sebatas daging sapi mengapa tidak? Impor membuat masyarakat Indonesia menjadi pemalas dan bodoh yang hanya menjadi alat keuntungan bagi negara-negara besar seperti Amerika. Dan menurut saya swasembada lebih baik yang juga akan menekan nilai import dan swasembada pula yang akan mengembalikan kejayaan petani, peternak dan pedagang dalam negeri. Mengutip pepatah Arab mengatakan “man lam yamlik qutah lam yamlik qararah..” Siapa yang tidak bisa memenuhi kebutuhan pokoknya sendiri, maka dia tidak akan bisa menentukan jalan hidupnya… apalagi berhubungan dengan negara dan umat. Ya memang untuk menjadi bangsa yang mandiri itu sangat sulit. Anggap saja harga daging sapi saat ini yang menjadi termahal di dunia adalah kesulitan bangsa kita menuju kemandirian bangsa.
Jadi kalau sistem kuota sapi bertujuan untuk kemandirian bangsa dan kejayaan peternak dalam negeri, saya berani mengatakan apabila Amerika marah “GANYANG AMERIKA! SAVE INDONESIA! BERSAMA…PKS”. Kenapa sama PKS? Ya karena menterinya dari PKS dan saya lihat selama ini cuma PKS yang berani melawan Amerika dan membuat Amerika marah. Keren kan? Gak jadi beli kok marah, Pembelikan Raja!!!!
Tapi tetep saya juga akan mengatakan “GANYANG KORUPTOR! SAVE INDONESIA BERSAMA…KPK”. Entah itu koruptor dari PKS atau dari partai lain pokoknya ganyang semua. Tapi untuk saat ini meskipun PKS tersandung masalah karena kasus LHI, saya masih percaya dengan kinerja PKS daripada partai lain.
Sudah saya posting di Kompasiana.Com tanggal 24/02/2013
Sebuah Catatan Harian, Hadirnya Kesedihan
Sebuah Catatan Harian, Hadirnya Kesedihan
By Anne Ahira
Kesedihan
Saat awal aku mengenalimu
Aku begitu tergedu
Hadirmu begitu suram
Kau buat hidup seakan kelam
Hingga aku terdiam dan terbungkam
Apa tidak sering kau bertamu dan berlalu
Entah berapa waktuku yang kau ganggu
Entah berapa lama kita berkawan tanpa sayang
Bagiku datang dan pulang mu sama saja
Hadir dan pergi tiada bedanya
Ketika kini telah lama aku mengenalimu
Ku tahu kau kan terus datang sukar dihalang
Ku tahu kau senang bertamu sukar ku tentang
Kesedihan
Datanglah jika memang kau mau
Jelmamu tak kan bisa menghancurkanku
Aku telah mengenalimu
Setiap kali ku dengar kau bergerak
Ku seru Tuhanku dengan sebak dan lontaran istighfar
Setiap kali kau mulai mendekat
Ku hambat kau dengan air mata munajat
Demi Tuhan
Jelmamu tak kan bisa menghancurkanku
Karna jelmamu telah mengajariku
Bagaimana ku bisa berdiri kokoh
Dalam mengarungi dan memahami
Arti hidup dan kehidupan
PLURALITAS VS PLURALISME
Apa yang dimaksud dengan pluralitas. Dan apa bedanya dengan Pluralisme?
Kita harus mendudukkan pada posisinya, istilah Pluralitas dan Pluralisme. Karena seringkali kedua kata ini dicampuradukkan. Padahal maknanya sangat berbeda. Pluralitas dimaknai dengan keberagaman. Sebagaimana istilah, Kebhinekaan. Yakni Indonesia ini memang sangat plural. Apa yang dimaksud plural? Secara umum Al Qur’an juga menyebut dalam QS Ar Rum: 22:
Wa min aayaatihii khalqussamaawaati wal ardhi wakhtilaafu alsinatikum wa alwaanikum. Inna fii dzaalika la aayaati lil aalimiin:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah penciptaan langit dan bumi dan berlainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
Kemudian dalam QS Al Hujurat: 13:
Yaa ayyuhannaas, innaa khalaqnaakum min dzakarin aw untsaa wa ja’alnaa syuuban wa qabaa ila li ta’aarafuu:
Hai manusia, sesungguhNya kami telah menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan perenmpuan, lalu menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal.
Ayat-ayat dalam AQ ini pun mennujukkan bahwa keberagaman suku, bangsa, bahasa, warna kulit adalah haal yang menjadi sunnatullah. Ini yang dikatakan pluralitas. Jadi pluralitas adalah sunnatullah. Sebagaimana di Indonesia ada suku Jawa, Bugis, Sunda, Dayak, Melayu ataupun Madura. Dengan etnis dan bahasa yang berbeda.
Kalau Pluralitas adalah kondisi keberagaman, lalu apa yang dimaksud dengan Pluralisme. Apakah pluralitas juga berarti pluralisme?
Sangat berbeda antara pluralitas dengan pluralisme. Pluralisme adalah sebuah ide/isme. Ide pluralisme dalam ideologi Kapitalis lahir dari pandangan terhadap masyarakat. Menurut ide pluralisme, dalam masyarakat harus ada dan tidak boleh dibatasi adanya golongan-golongan yang bermacam-macam bahkan yang mempunyai tujuan serta target yang berbeda-beda. Tidak boleh ada pembatasan atau koridor mengenai hal ini. Dalam masyarakat yang menganut pluralisme, berbagai kelompok sah-sah saja lahir. Mau kelompok yang menyerukan kebaikan atau Islam saampai kelompok yang menyerukan kesesatan. Jadi kelompok-kelompok aliran sesat pun harus dibela haknya. Sebab menurut ide pluralisme, mereka boleh saja dan berhak ada. Makanya orang-orang yang menganut faham pluralisme, sangat membela keberadaan kelompok aliran-aliran sesat. Walaupun mereka tidak bergabung dengan kelompok tersebut. Saya ingat pendapat salah seorang Eropa, termasuk peletak dasar ide sekularisme liberal pada abad ke-18. Namanya Voltaire. Voltaire ini sangat benci fanatisme agama. Semua surat-suratnya selalu diakhiri dengan kalimat “Ganyang Barang Keji itu”. Nah Voltaire ini menggagas jaminan kebebasan berbicara. Salah satu kalimatnya yang terkenal: “Saya tidak setuju apa yang kau katakan, tetapi akan saya bela sampai mati hakmu untuk mengucapkan itu.” Nah ini yang dimaksud dengan pluralisme. Siapapun berhak berpendapat. Bahkan kalau ada golongan yang menyeru kepada kesesatan atau kemaksiatan, misalnya kelompok pendukung perzinahan atau kelompok pembela perjudian. Maka ini harus dibela dalam faham pluralisme. Ini sangat berbahaya. Wajar kalau pluralisme ini pernah difatwa sesat oleh MUI.
Masih tentang pluralitas dan pluralisme. Apa benar Islam itu sejalan dengan Pluralitas? Kalau ya Apa ada buktinya?
Islam itu mengakui pluralitas, sebagaimana dalam QS. al-Hujurat dan ar-Ruum. Islam mengakui adanya perbedaan bangsa dan suku, etnis dan bahasa. Keragaman ini tidak bisa dihapus. Tapi Islam mampu mengatasi keragaman atau perbedaan ini. Dari mana? Yang pertama, Islam ditujukan bagi seluruh umat manusia. Dalam QS Al A’raf: 158:
Qul Yaa ayyuhannaas, innii Rasuulullaahi ilaikum jamii’an:
Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku (Muhammad) adalah utusan Allah untuk kami semua.
Ini menunjukkan bahwa syariat Allah adalah untuk seluruh umat manusia. Kalau Allah Swt yang mengatakan demikian mengapa kita ragu? Kita inikan berasal dari Allah, orang Amerika, Inggris, Afrika, Indonesia, semuanya Allah yang menciptakan. Nggak aneh kan, kalau Allah juga yang mengatur dan punya aturan terbaik. Kalau semua manusia di dunia ini mati, kembalinya kan juga kepada Allah. Mengapa kita ragu, bahwa hanya aturan Allah yang terbaik dan menyelamatkan kita semua? Yang kedua, bukti Islam mampu mengatasi keragaman adalah pernah diterapkannya Islam ke seluruh masyarakat. Pada abad ke-8 hingga awal abad ke-20, Islam meliputi tiga benua. Sewaktu itu di bawah kepemimpinan Bani Umayyah hingga Bani Utsmaniyah. Di Andalusia (kini Spanyol dan Portugis), Islam menaungi tiga umat. Yaitu Yahudi, Nasrani dan Islam. Demikian juga di Yerusalem dan seluruh bagian dunia Islam, termasuk di Indonesia. Saat itu berbagai suku, etnis, bahkan agama, hidup berdampingan secara damai.
Bagaimana cara Islam menaungi agama yang berbeda-beda ?
Dalam sebuah siatem atau negara yang menerapkan Islam, maka Muslim dan Non Muslim harus diperlakukan sama sebagai warga negara Secara khusus malah yang wajib bagi muslim tidak wajib bagi non muslim, seperti membayar zakat, ini tidak wajib bagi yang beragama non Islam. Dalam kehidupan publik, warga non muslim mendapat perlakuan sama dengan yang muslim. Seperti keduanya berhak mendapat perlindungan keamanan, pendidika dan layanan kesehatan gratis. Jika seorang muslim tidak boleh diciderai jiwa dan kehormatannya serta diambil hartanya tanpa hak, maka begitu juga non muslim. Imam Ali ra, pernah mengatakan:
Damuhum ka damina
Darah mereka seperti darah kita juga.
Secara umum, Syaikh Taqiyuddin an Nabhani menjelaskan bagaimana perlakuan Islam terhadap non muslim, dalam kitab ad Daulah al Islamiyah: (1) Seluruh hukum Islam diterapkan kepada kaum muslim (2) Non muslim boleh tetap memeluk agama mereka dan beribadah berdasarkan keyakinan mereka (3) Memperlakukan non muslim dalam urusan makanan dan pakaian sesuai dengan agama mereka dan beribadah berdasarkan keyakinan mereka (4) Urusan pernikahan dan perceraian antar non muslim diperlakukan menurut agama mereka (5) Dalam bidang publik, seperti muamalah, sanksi hukum, pemerintahan , perekonomian dll, Negara menerapkan syariat Islam atas seluruh warga negara baik muslim maupun non muslim. (6) Setiap warga negara yang memiliki kewarganegaraan Islam adalah rakyat negara yang sama. Negara wajib memelihara mereka seluruhnya secara sama. Tidak dibedakan antara muslim dengan non muslim.
Diambil dari http://mediaislamnet.com/2010/03/pluralitas-vs-pluralisme/